Ketika Puisi Kuno Menjadi Peringatan untuk Manusia Modern
Sekitar 4.200 tahun yang lalu, di tanah Mesopotamia yang subur, seorang penyair bernama Atrahasis menulis sebuah puisi yang ternyata lebih relevan dari apa pun yang ditulis manusia modern. Dalam puisinya, ia menggambarkan bagaimana para dewa marah karena manusia terlalu banyak, terlalu berisik, dan terlalu rakus. Maka, datanglah keputusan: bumi perlu “dibersihkan.” Cerita ini mungkin terdengar mitologis, tapi pola pikir di baliknya terasa begitu nyata. Atrahasis bukan sekadar bercerita tentang banjir besar, tetapi tentang kejemuan terhadap keramaian dan ketidakseimbangan populasi. Overpopulasi di Zaman Batu: Masalah Lama dengan Wajah Baru Lucunya, pada masa Atrahasis, jumlah manusia di bumi diperkirakan baru sekitar 25–50 juta jiwa. Tapi di matanya, itu sudah terlalu ramai. Ia melihat Babilonia kuno yang menampung sekitar 100 ribu orang sebagai kota yang sesak, penuh kegaduhan, dan penuh keluhan. Mungkin dari situ lahir ide “penghapusan populasi” lewat banjir besar — sebuah simbol dari...